Dunia Lain

A Theather
2 min readJan 4, 2020

--

Photo by Matheus Frade on Unsplash

Adakah dunia yang lain?
sebuah dunia yang menjaga warasku

aku butuh peraduan baru
karena peraduan di sini telah merenggut warasku
menutup nalar mereka
hingga lebih tidak waras dariku

aku mencari kewarasan

tidak besok, tapi sekarang

kemarin kulihat seorang bayi
menangis meraung seperti penuh penyesalan
seperti bentuk penyesalan dikeluarkan dari hangat rahim ibunya
kutatap dia lekat, tak ada air mata
tapi jeritannya melukai gendang telingaku

kurasa dia ingin kembali ke rahim ibunya
atau setidaknya dibawa ke dunia lain

Oh sial!
kurasa aku mulai tidak waras

kemudian kulihat lagi seorang wanita paruh baya
dicurigai bukan pribumi berlari ke arahku
"aku akan bunuh diri jika dia jadi raja" bisiknya

katanya ada seorang calon raja
menghantuinya sepanjang malam mendatanginya di siang hari
terus mengacungkan pistol dalam delusinya
"terkutuklah iblis!" teriaknya

hantu macam apa yang memegang pistol?
dan mengutuk sang iblis, temannya?

kan!
sudah tidak waraslah aku

aku berlari ke sebuah tanah lapang
tempat yang kupikir bisa memberiku kewarasan
tapi kulihat seorang laki-laki
pakaiannya dilucuti oleh segerombol perempuan
ia dipukuli hingga babak belur
kulihat warna keunguan di pipi kirinya
pelipisnya hampir robek
tapi ia tetap diam
dan tersenyum ke arahku hingga membuatku bergidik

"manusia kah dia?" ujarku dalam hati

enggan kutolong dia meskipun bisa
kuputar balik badanku
tapi yang kulihat banyak manusia lain
diam saja
seperti duduk santai di kursi premier bioskop
menikmati adegan pilu tadi

sungguh gila
peraduanku dulu tidak pernah ada seperti ini

aku memilih pulang ke tempatku
kudapati seorang laki-laki yang kukenal sedang menyulut api
lantas tanpa menunggu lama ia terbakar
lama kuamati

"tak merasa kesakitankah dia?"
tanyaku

ketakutanku kehilang kewarasan semakin menjadi

aku sudah terlalu sering lapar
aku sudah terlalu sering meminta-minta
hanya kewarasan yang kupunya
lantas
haruskah kuserahkan seperti manusia-manusia lain?

memang sudah seharusnya pergi dari sini

aku berlari tanpa arah
dan mungkin sudah sangat jauh
jauh

seberapa jauh?
entahlah

di sepanjang perjalanan
masih kupertanyakan kewarasanku
kulihat banyak pemuda dengan toga
membaca, lalu lompat ke selokan
naik lagi, membaca, lompat lagi ke selokan
mereka tidak berhenti

"mengapa mereka menjatuhkan diri ke selokan dangkal itu?" tanyaku

tak ada jawaban
semua pertanyaan akan ketidakwarasanku
tak terjawab

lantas
adakah dunia yang lain?

sebuah dunia yang menjagaku tetap waras
sebuah dunia yang membutku tidak melihat ketidakwarasan orang lain 
adakah?

Haruskah kembalilah ke rahim ibuku?
di mana hanya ada aku di dalamnya?

--

--