Mari Berdamai, Isi Kepala

A Theather
1 min readJan 9, 2020

--

Photo by Ansh Minchekar on Unsplash

Langkahku sudah berat di kala jalan semalam tampak lengang

kupikir keduanya sedang bersekutu dengan semesta

membawa dan menyudutkanku di kesunyian

kesunyian tak dapat lagi kuhindari

bersambut dengan isi kepalaku yang tak ingin lagi berpura-pura

berpura-pura baik, berpura pura baik-baik saja

isi kepalaku, yang kubenci meronta, berusaha menggerogoti isi hati supaya mati

isi kepalaku sayang, isi kepalaku malang,

yang sering kuredam, sering kusembunyikan

kupikir kau terlelap, tanpa kelaparan di tempat yang hangat di kepalaku

tempat yang penuh lantunan lagu, yang kupikir nyaman untukmu

tak sekalipun aku berpikir kau akan marah sebesar ini

meringsak minta keluar hingga membuatku tampak menyedihkan

saat aku yang palsu berusaha menata diri agar diterima lebih baik lagi

wahai isi kepalaku yang malang

maaf jika kuredam kau terlalu lama

tanpa memberimu waktu bicara

wahai isi kepalaku

yang perlawanannya selalu kutepis

mari berdamai dengan yang lain

atau setidaknya dengan diriku yang palsu

meski entah dengan apa

wahai isi kepalaku,

yang sering kuacuhkan mari berdamai

sulit menjadi palsu, sulit menjadi pesakitan

wahai isi kepala

mari berdamai

mari berdamai

mari berdamai

--

--

A Theather
A Theather

Written by A Theather

a memoar. written playground.

No responses yet